Npm : 202246500839
Kelas : R3K
Matkul : Filsafat Seni
Dosen : Dr.sn Angga Kusuma Dawami M. Sn
30 Artikel Meliputi
Objek, Teori ,Analisis, Dan Kesimpulan
1. ARTIKEL https://ejournal.unp.ac.id/index.php/serupa/article/view/108115
- OBJEK :“Krisis Moral Dalam Seni Lukis Surealisme”
- METODE TEORI : artikel ini memiliki metode teori Mimesis versi Aristoteles, yang dimana seniman merepresentasikan hasil pemikiran sesuai imajinatifnya untuk menciptakan kembali kenyataan dalam bentuk yang baru
- ANLISIST : Penulis berupaya mewujudkan suatu karya seni yang tidak terlepas dari bagaiman menciptakan objek utama karya seni lukisan surealis. Belakangan ini marak sekali dijumpai berbagai permasalahanpermasalahan terkait kemerosotan moral yang ada di masyarakat, jika dilihat secara langsung dilingkungan masyarakat maupun yang tidak langsung melalui media massa baik elektronik maupun cetak. Permasalahan yang ada meliputi banyaknya pejabat negara dan para pegawai yang melakukan korupsi, perusakan lingkungan, penindasan dan ketimpangan dalam sosial masyarakat. Banyak sekali bukti yang menjelaskan bahwa telah rusaknya moral.Ketika setiap manusia dibenturkan dengan permasalahan moralitas yang terjadi pada dirinya dan orang lain, maka di sinilah konflik yang terjadi.
- KESIMPULAN
artikel "Krisi Moral Dalam Karya Lukis Surealisme" Karya ini dibuat bertujuan untuk memvisualkan keadaan krisis moral yang terjadi pada saat ini dalam karya seni lukis surealis, dengan harapan agar semakin sadarnya manusia dengan tindakan krisis moralnya saat ini. Metode yang digunakan dalam proses karya akhir ini adalah : 1) Persiapan, 2) Elaborasi, 3) Sintesis, 4)Realisasi konsep, 5) Penyelesaian. Dengan perilaku, tindakan, dan sifat manusia yang semakin buruk yang menyebabkan berbagai masalah pada dirinya, lingkungan, dan masyarkat sekitar. Karya akhir ini berjumlah sepuluh karya dengan judul: Seperti Apa Hari Esok?, Semua Ulah Kita, Pohon Terakhir, Tentang Rumah, Melihat Namun Tidak Menyentuh, Sebuah Jantung, Diatas Angin, Nilai Pada Perbedaan, Pahlawan Mainan, Kabar Burung.
2. LINK ARTIKEL
- OBJEK : TRANSFORMASI RUPA TRADISI DALAM SENI RUPA KONTEMPORER
BALI: EMPAT CITRA PEREMPUAN DALAM LUKISAN SUTRISNI
-METODE TEORI : Proses analisis dengan
pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologis dan bersandar pada teori kajian budaya
bertimbang pada pandangan Barker (2014) bahwa kajian budaya adalah bidang interdisipliner
yang secara selektif mengambil berbagai perspektif dan disiplin lain untuk meneliti hubunganhubungan antar kebudayaan dan politik dengan metode yang bersifat eklektif.
- ANLISIST : Karya seni
sebagi objek kajian disikapi sebagai institusi otonom seni itu sendiri yang dibangun oleh relasi
antarunsur dalam strukturnya. Ini adalah tahap analisis dasar atau analisis bentuk. Tahap ini
kemudian dilanjutkan ke bedahan selanjutnya yakni simbolisasi. Di sini karya seni dibaca
sebagai sekumpulan penanda yang merefer ke berbagai penanda di luar dirinya. Atau bisa
disebut sebagai analisis isi.
- KESIMPULAN
dapat disimpulkan bahwa
produksi makna dari lukisan Ni Nyoman Sutrisni intinya dapat digolongkan menjadi empat
subject matter utama, yaitu citra perempuan cantik, citra perempuan jahat, citra perempuan
pahlawan, dan citra perempuan mandiri. Empat makna ini diikat oleh satu pokok bahasan
utama, yakni tentang citra, baik citra yang dikonstruksi oleh budaya patriarki, seperti citra
perempuan cantik maupun citra perempuan jahat. Apa yang dicitrakan oleh budaya patriarki
itu dilukiskan oleh Ni Nyoman Sutrisni dengan cara seolah mengamini, padahal secara tersamar
mengkritisi apa yang dicitrakan tadi. Daya kritis Ni Nyoman Sutrisni sebagai pelukis tampak dari
pilihan kosarupa, metafora, penanda, petanda, leksia, hingga cara ungkapnya.
Sementara itu Ni Nyoman Sutrisni sendiri mempunyai pandangan yang khas perihal
(tubuh) perempuan. Kekhasan opini pribadi ini terlihat dari pandangannya yang subjektif
tentang posisi, peran, dan kuasa perempuan. Intinya pandangan ini dapat dibilah menjadi dua,
yaitu citra perempuan pahlawan dan citra perempuan mandiri. Citra perempuan pahlawan dan
citra perempuan mandiri sesungguhnya merupakan persepsi umum, tetapi Ni Nyoman Sutrisni
mempunyai sudut pandang yang khas tentang citra-citra ini. Sudut pandang ini tegasnya
diperlihatkan melalui sikap optimistis dalam memandang posisi dan masa depan perempuan.
Itulah citra yang dibangun oleh NiNyoman Sutrisni.
- OBJEK : KAJIAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCEKARYALUKIS ERICA HESTU WAHYUNI “VACATIONINPROSPERITY LAND”
-METODE TEORI :jenis metode yang digunakan adalah metode teori kualitatif. Tahap pertama yang dilakukan penelitian kualitatif, yakni pengumpulan data, apabila data sudah terkumpul selanjutnyaadalahmenyaring data-data tersebut kemudian dianalisa. Proses analisa di sini ditujukan untuk memperolehdata-data yang bersifat deskriptif. Objek penelitian ini adalah karya lukis Erica Hestu Wahyuni yangberudulVacation in Prosperity Land, karya ini sangatlah menarik seperti karya-karya Erica yang lainnya. Padapenelitian ini akan difokuskan pada analisis visual, figur dan objek yang ada pada karya lukis, komposisiwarna, serta makna konotasi dan denotasi.
- ANLISIST : karya lukis Erica Hestu Wahyuni VacationinProsperity Land. karya ini adalah keunikan dari karakteristik karya maupundarisenimannya yakni Erica Hestu Wahyuni, selain itu visual yang sangat menarik untuk dikaji nilai-nilaiyang terkandung di dalamya. Vacation in Prosperity Land dibuat pada tahun 2012, dengan ukuran150x200 cm. Media yang dipakai oleh Erica adalah acrylik on kanvas. Vacation in Prosperity Landdalambahasa Indonesia yang berarti Liburan di Tanah Kemakmuran. Karya Erica satu ini tidak jauhberbedadengan karya-karya Erica lainnya yang masih sangat kental dengan gayanya tersendiri.
- KESIMPULAN
Erica dalam proses penciptaan karya lukis selalu berangkat dalam hal-hal yang beradadilingkungan sekitar. Erica memiliki karakteristik dan gaya tersendiri dalam menciptakan karya. Ericasangat terkenal dengan karya-karyanya yang naif, semua karyanya bergaya naif seperti karya anak-anakbegitu pula karyanya yang berjudul Vacation in Prosperity Land. Karya lukis Vacation in ProsperityLand oleh Erica Hestu Wahyuni merupakan karya yang bergaya naif yang memperlihatkan kebahagiaandunia anak-anak yang penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan. Tanda-tanda yang menjelaskanakanmakna tersebut berupa figur-figur manusia, hewan, pemandangan alam, mobil. Dari hal-hal yangsangatkompleks tersebut, Erica berhasil membuatnya dengan bentuk yang sederhana sesuai denganpemikirananak-anak. Pemilihan warna yang menarik dan berani menambah nilai estetika pada karya tersebut. Padakarya ini, Erica juga memperlihatkan kecintaannya dengan binatang-binatang terutama gajah. Gajahyangjuga menjadi sumber inspirasinya dalam berkarya. Tak hanya itu, banyak oarang-orang yang menjadikankarya Erica sebagai ide dan acuan dalam berkarya. Karakteristiknya yang kuat yang menjadikannyaselalubersinar diranah keseni rupaan Indonesia maupun di luar negeri
- OBJEK : AJARAN AGAMA HINDU SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS TRADISIONAL BALI
- METODE TEORI : Lukisan tradisional bali bisa menggunakan beberapa pendekatan atauteori dalam menciptakan karya seni yang menekankan pada nilai-nilai lokal dan spiritual:
TEORI SIMBOL : karya
seni lukis tradisional Bali terinspirasi dari ajaranajaran suci Hindu dan menjadi bagian dari
pelaksanaan keagamaan Hindu Agama Hindu dalam
proses keagamannya menggunakan simbol-simbol
yang terbentuk dalam berbagai wujud, keterbatasan
manusia dalam memahami semesta ciptaan Tuhan ini
disederhanakan melalui bentuk simbol-simbol suci,
sehingga dapat dimaknai bahwa simbol merupakan
suatu bentuk penyajian kembali alam melalui simbol
yang memiliki makna dan ajaran-ajaran agama Hindu
inilah yang kemudian oleh para perupa dijadikan
sebagai suatu inspirasi untuk mencipta karya melalui
reinterpretasi ajaran agama Hindu kedalam sebuah
lukisan yang mengandung makna dan menjadi media
pembelajaran dan penyampaian ajaran agama Hindu.
- ANLISIST : Seni lukis tradisional Bali yang berkembang di Bali
memiliki keunikan tersendiri dimana dalam proses
pembuatannya yang umumnya masih menggunakan
teknik-teknik tradisional dan umumnya pencitraan
bentuk objek lukisannya terletak kepada perwujudan
pola-pola wayang tradisional untuk menggambarkan
cerita ataupun tema yang ingin disampaikan oleh sang
undagi.
Undagi merupakan istilah bagi seniman di Bali yang
berkutat di bidang seni rupa, istilah undagi pun tidak
sembarangan di sematkan pada seorang seniman seni
rupa karena proses menjadi seorang undagi harus
menjalani proses-proses ritual suci karena karya yang
tercipta dari seorang undagi tidak hanya berfungsi
sebagai karya seni semata namun karya seni yang
dikreasikan dan diciptakan oleh seorang undagi
berfungsi sebagai sarana ritual keagamaan seperti
pembuatan bade yaitu pengusungan jenasah di Bali
yang merupakan karya seni arsitektur namun
fungsinya tidak hanya sebagai karya seni namun
memili fungsi sebagai sarana ritual atau upacara pada
upacara ngaben, bentuk lain karya seni undagi dalam
bidang seni rupa adalah petulangan, kober, kajang dan
lain-lain
- KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis saya maka dapat disimpulkan bahwa seni lukis
tradisional Bali pada saat ini merupakan seni lukis
yang telah berkembang akibat dari terjadinya interaksi
seniman era dulu dengan para pelukis eropa yang
kemudian mengubah bentuk dan wajah kesenian Bali
dari sakral menuju profan.
Dari motivasi untuk ngayah menjadi motivasi
ekonomis profanisme. Namun terlepas dari itu semua,
seni lukis tradisional Bali tetap eksis keberadaannya di
Bali dan ajaran agama Hindu, kehidupan sosial
masyarakat serta berbagai cerita rakyat dan mitologi
Bali masih menjadi ide utama dalam penciptaan karya
seni. Proses penciptaan seni lukis tradisional Bali
melalui beberapa tahapan yaitu proses pencarian ide
melalui beragam media, penyiapan bahan dan alat,
tahap sketsa, kontur, abur, ngekes, pemberian detail,
pewarnaan, kontur detail dan finishing.
5. LINK ARTIKEL https://journal.isi.ac.id/index.php/rekam/article/download/3341/1657
- OBJEK : Fotografi Surealisme Visualisasi Estetis Citra Fantasi Imajinasi
- METODE TEORI : khususnya dalam cerpen dan novel sebagai medium ekspresi. Pendekatan konteks budaya, tradisi, dan kepercayaan dalam karya sastra untuk memahami menggabungkan aspek magis dengan kenyataan sehari-hari.
- ANLISIST : Analisis menggambarkan dan memunculkan aspek-aspek magis dalam karya-karya sastra mereka.Membandingkan dan menganalisis pola retorika yang berbeda antara Danarto dan Marquez dalam menghadirkan realisme magis dalam karya sastra.
- KESIMPULAN
Fotografi Surealisme Visualisasi Estetis Citra Fantasi Imajinasi Melalui analisis cerpen Danarto dan novel Marquez, kesimpulan dapat diambil mengenai bagaimana realisme magis yang tercermin dalam cerita mereka masing-masing, bagaimana cara mereka mengekspresikan aspek-aspek magis tersebut dengan retorika yang berbeda dalam konteks budaya beragam.
6. LINK ARTIKEL https://id.wikipedia.org/wiki/Kura-kura_Ninja
- OBJEK : film kura kura ninja
- METODE TEORI : teori mimesis dapat tercermin melalui cara film tersebut merepresentasikan kehidupan kura-kura ninja humanoid. Proses mimesis ini mungkin mencakup penggambaran hubungan antara kura-kura tersebut, perjuangan mereka melawan penjahat, dan interaksi mereka dalam lingkungan perkotaan. Dengan menggunakan elemen-elemen yang dikenali oleh penonton, seperti dinamika tim, pertempuran melawan kejahatan, dan hubungan antar saudara, film ini menciptakan keterlibatan penonton. Teori mimesis dapat muncul dalam cara karakter-karakter kura-kura ninja dan dunia mereka mencerminkan atau mereplikasi aspek-aspek tertentu dari kehidupan nyata, meskipun dalam konteks fiksi ilmiah yang fantastis.
- ANLISIST : cerita fiksi tentang empat ekor kura-kura mutan yang dilatih oleh mahaguru mereka yaitu Guru Splinter agar menjadi pahlawan ninja yang mahir.
- KESIMPULAN
Kura-Kura Ninja dapat dianggap sebagai perjalanan pribadi para tokoh utama dalam mencapai pertumbuhan pribadi dan pemahaman nilai-nilai moral. Melalui petualangan mereka, film ini menggambarkan konsep persahabatan, keberanian, dan pentingnya memahami tanggung jawab terhadap kekuatan yang dimiliki. Kesimpulan filsafatnya mungkin mencakup pesan bahwa keberanian dan pertemanan memainkan peran penting dalam perjalanan hidup, sementara tanggung jawab atas kekuatan memerlukan pemahaman moral yang mendalam. Dengan demikian, "Kura-Kura Ninja" dapat diartikan sebagai karya yang merangkum nilai-nilai filosofis tentang pertumbuhan pribadi, persahabatan, dan tanggung jawab moral
- OBJEK : PROSES KREATIF: BENTUK DAN MAKNA KARYA LUKIS JOKO PRAMONO
TAHUN 2016-2018
- METODE TEORI : Metode dalam jenis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses kreatif terwujudnya karya, meninjau secara detail fenomena yang ditangkap serta merangkum berbagai wujud karya lukis Jopram.
- ANLISIST : Kreatif Penciptaan Karya Lukis Jopram
Proses kreatif merupakan tahapan yang dilalui
seniman untuk menemukan objek-objek dapat tersusun
dalam wujud karyanya. Peneliti meninjau proses kreatif
pada karya lukis Jopram khususnya tahun 2016-2018.
Jopram, seniman yang merupakan anak seorang
buruh petani. Mayoritas masyarakatnya pun hidup
bergantung pada hasil pertanian dan peternakan di desa
Banjar Melati, kota Surabaya. Hal tersebut seperti dalam
Supriadi (1994:16), Individu dengan potensi kreatifnya
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialbudaya tempat ia hidup.
- KESIMPULAN Dari Proses kreatif, dalam memvisualkan karyakaryanya yang berfigur manusia dan alam. Jopram
memulai merancang dengan menggali bentuk-bentuk
dengan tahapan yang panjang. Tahap-tahap ini dimula pada fase persiapan, fase pengeraman, fase inspirasi, dan
fase verifikasi. Pada fase yang dilaluinya, beliau
cenderung menyoroti petani dan segala hal yang berbau
tentang pedesaan sebagai simbol mata pencaharian rakyat
desa Banjar Melati pada waktu lampau, sebuah figur per
periode melambangkan alur kehidupan yang dirasakan
pelukis, keluarga beserta masyarakat sekitar berubah saat
adanya mall dan perumahan yang dibangun. Menurut
Jopram, lingkungan pedesaan dan sawah memiliki kisah
saksinya menimba ilmu seni lukis.
8. ARTIKEL https://id.wikipedia.org/wiki/One_Piece
- OBJEK :One Piece
- METODE TEORI : penelitian ini dalam hal teoritis, penulisan, dan
unsur intrinsik cerita secara struktural. Adapun teori yang dipakai berdasarkan rujukan adalah
Psikologi Sastra. Dengan adanya kesamaan obyek penelitian yaitu komik One Piece dengan
Saputri peneliti juga mendapatkan gambaran unsur-unsur intrisik pada obyek penelitian.
Kemudian terdapat pula kesamaan tinjauan dengan Harida yang menggunakan tinjauan
psikologi sastra yang dapat menjadi acuan peneliti untuk membantu dalam menganalisis data
- ANLISIST: sebuah seri manga Jepang yang ditulis dan diilustrasikan oleh Eiichiro Oda. Manga ini telah dimuat di majalah Weekly Shōnen Jump milik Shueisha sejak tanggal 22 Juli 1997, dan telah dibundel menjadi 105 volume tankōbon hingga Maret 2023. Ceritanya mengisahkan petualangan Monkey D. Luffy, seorang anak laki-laki yang memiliki kemampuan tubuh elastis seperti karet setelah memakan Buah Iblis secara tidak disengaja. Luffy bersama kru bajak lautnya, yang dinamakan Bajak Laut Topi Jerami, menjelajahi Grand Line untuk mencari harta karun terbesar di dunia yang dikenal sebagai "One Piece" dalam rangka untuk menjadi Raja Bajak Laut yang berikutnya.
- KESIMPULAN
- OBJEK : ANALISIS KARYA LUKIS BERJUDUL “KAKAK DAN ADIK”
BERDASARKAN SUDUT PANDANG DE WITT H. PARKER
- METODE TEORI : Objek material yang diteliti dalam penelitian ini adalah karya seni lukis berjudul “Kakak dan Adik” karya Basuki Abdullah. Untuk mendapatkan hasil yang teoritis, maka analisis dilakukan dengan menerapkan pendekatan estetik menggunakan teori bentuk estetis yang dikemukakan oleh DeWitt H. Parker. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsep atau ide serta makna yang membentuk keindahan dari bentuk objek yang digunakan, warna yang dipilih, hingga keseluruhan pesan yang hendak disampaikan melalui lukisan ini. Keindahan tersebut dapat diketahui melalui enam asas bentuk estetis dalam karya seni, yaitu: Asas Kesatuan, Asas Tema, Asas Variasi Menurut Tema, Asas Keseimbangan, Asas Perkembangan, dan Asas Tata Jenjang. Dari penggunaan keenam asas ini didapati bahwa tiap unsur dalam lukisan “Kakak dan Adik”memang memuat nilai-nilai keindahan.
- ANLISIST : Karya lukis berjudul “Kakak dan Adik” dikatakan sempurna karena hampir tidak ada celah bagi penikmat lukisan tersebut untuk membahas atau mengkritik kekurangan yang ada padalukisan tersebut. Lukisan berjudul “Kakak dan Adik” sarat makna kehidupan sosial
masyarakat karena karakter objek yang diciptakan dengan medramatisasi spirit
keharuan kemanusiaan.Pendekatan estetik dalam teori bentuk estetis yang dikemukakan oleh De Witt H.Parker dipilih untuk menjelaskan analisis formal estetika visual karya seni lukis BasukiAbdullah berjudul “Kakak dan Adik”. Teori ini digunakan untuk menganalisis konsep ataupun ide serta makna yang membentuk kesatuan atau harmoni dalam keindahan dari
bentuk objek yang digunakan serta unsur-unsur medium lainnya yang ada pada lukisan
tersebut. Keindahan dari lukisan “Kakak dan Adik” dapat dilihat melalui analisis bentuk
estetis dalam karya seni yang terbagi dalam enam asas, yakni:
- KESIMPULAN
Lukisan “Kakak dan Adik” (1971) karya Basuki Abdullah merupakan salah satu produk karya seni rupa yang keindahannya dapat dilihat melalui analisis formal dalam sudut pandang teori bentuk estetis yang dirumuskan oleh DeWitt H. Parker. Hasil analisis ini semakin memperjelas mengenai “apa dan bagaimana” keterkaitan antara unsur-unsur yang termuat pada lukisan dalam menciptakan suatu makna menyeluruh. Dalam hal ini, makna menyeluruh yang dimaksud adalah rasa empati Basoeki Abdullah pada kasih sayang dan kemanusiaan yang pada dasarnya menjadi cikal bakal pembentuk nilai indah pada lukisan. Nilai-nilai keindahan yang termuat dalam lukisan tersebut telah terbuktikan melalui analisis dalam asas kesatuan, asas tema, asas variasi menurut tema, asas keseimbangan, dan asas perkembangan. Setiap unsur pada lukisan “Kakak dan Adik” baik itu dalam warna, bentuk, dan pola pencahayaan yang saling terkait dan membutuhkan digunakan dalam membangun konsep realitas kehidupan sosial masyarakat pada masa itu. Hal itu semakin terlihat jelas dengan penguatan garis besar konsep lukisan melalui penguasaan teknik realis pada mimik wajah dan proporsi
kedua objek, yakni kakak dan adik (yang berada dalam gendongan). Kedua bentuk ini
10. ARTIKEL https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/gelar/article/download/1547/1497
- OBJEK : KAJIAN SENI LUKIS KARYA YUNUS SUNARTO
- METODE TEORI : Proses kreatif
seniman bertolak dari intelektualisme, emosi serta
bagaimana ia memahami masalah-masalah realitas
kehidupan dan kehidupan sosial masyarakat sehingga
pengamat dapat menangkap apa yang dimaksudkan
seniman dalam karyanya
- ANLISIST : Dunia kreativitas tidak ada batasnya, artinya
setiap orang berhak melakukan segala sesuatu (kerja
kreatif) untuk menghasilkan sesuatu pula. Kreatif
merupakan bagian dari proses berpikir dan perilaku
manusia artinya kreativitas adalah ciri khas manusia.
Hidup pada akhirnya adalah sebuah kumpulan
aktivitas kreatif yang berulang-ulang. Di sini ada
sebuah kebebasan berpikir, menafsirkan,
menganalisis suatu topik/ permasalahan, sehingga
sesuatu itu mempunyai nilai (harga), bisa berupa nilai
intrinsik (hasil yang didapat mendatangkan kepuasan
secara batin) dan nilai ekstrinsik (ada sebuah
keuntungan yang didapat di luar kepuasan batin)
ataupun keduanya. Pertanyaannya adalah kebebasan
yang seperti apa? Apakah sebuah kebebasan yang
tetap terikat pada sebuah “aturan kebebasan” ataukah
sebuah kebebasan yang benar-benar bebas (Kristian
Pambuko, 2011: 6).
Proses kreatif (penciptaan) yang dimaksud
disini adalah tentang Yunus Sunarto dalam mencipta
karya seni lukis. Proses kreatif melukis yang
merupakan penggambaran kembali peristiwaperistiwa yang terjadi pada alam sekitar.
Aspek-aspek yang berkaitan kreativitas karya lukis
tersebut sebagai berikut.
- KESIMPULAN
Pertama: Yunus Sunarto dalam proses
penciptaan karya seni lukis merupakan
penggambaran kembali peristiwa- peristiwa yang
terjadi pada alam sekitar. Aspek-aspek yang
berkaitan dengan karya lukisnya antara lain: Konsep.
seni lukis yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. ia hanya ingin mengekspresikan sebuah
emosi dan kenyataan kehidupan batinnya dalam
bentuk obyek kenyataan sehari-hari. Medium dan
alat yang digunakan adalah cat minyak dan kanvas.
Yunus Sunarto dalam melukis sangat tidak terikat
dengan teknik dan gaya, di mana ada ide secepatnya
diwujudkan ke kanvas, dalam berkarya tidak terikat
oleh waktu dan tempat, tergantung situasi dan kondisi,
menyesuaikan waktu, antara waktu untuk kantor dan
waktu untuk melukis
11. ARTIKEL https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPSP/article/view/29438/18046
- OBJEK : KAJIAN ESTETIKA lukisan Pengsong
- METODE TEORI : Sesuai dengan teori yang digunakan untuk mengkaji lukisan Pengsong yaitu teori estetika
menurut Herbert Read. Pandangan Read tentang kaidah keindahan yaitu perasaan yang
dikomunikasikan melewati bentuk-bentuk tertentu. Unsur kebentukan seni adalah kesadaran
estetiknya. Pengsong menginvestasikan perasaanya pada lukisannya, emosi yang disalurkan
untuk membuat bentuk-bentuk yang baik
- ANLISIST : Lukisan I Wayan Pengsong kerap kali hadir dengan membawa aroma etnik Lombok. Khas
Lombok sangat lekat pada lukisannya. Sehingga banyak lukisannya hadir dengan berbagai
bentuk. Karya-karyanya lahir dari pengalaman hidup yang dialami maupun ditemuinya. Nilai-nilai
estetis dalam lukisan Pengsong akan membawa kita untuk mencerna, dan merasakan yang ingin
disampaikan oleh seniman. Bahkan secara visual, Pengsong menciptakan karyanya dengan
cukup unik. Elemen-elemen seni rupa hadir dengan sentuhan khas Pengsong
- KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
Pengsong hadir memberikan sumbangsih bagi peta seni rupa di Lombok. Dalam karya
yang Dia ciptakan telah menjadi terapi tersendiri bagi orang-orang.
I Wayan Pengsong menautkan Lombok bersama hatinya yang sudah menjadi satu
membawa dunia nyata dengan dunia lukis. Atas semangatnya membawa budaya, lingkungan
dan aktivitas masyarakat Lombok yang memberikan banyak inspirasi. Karya-karya pengsong
telah memberikan kontribusi dalam membentuk gumpalan besar seni lukis Indonesia yang
indonesiawi.
Dari hasil kajian estetika dari lukisan Pengsong yang dikaji menggunakan teori Hebert
Read bahwa lukisan-lukisan pengsong seperti yang sudah dibahas telah mengandung nilai-nilai
estetik.
Warna; elemen warna adalah yang palling dominan dalam lukisan Pengsong. hal ini
karena bagaimana Pengsong memainkan warna-warna yang menarik dan sangat variatif. Unsur
garis yang muncul pada karyanya pun hadir dengan berbagai proses kreasi yang diciptakan.
Terbentuk baik dari garis nyata maupun garis semu yang dibentuknya dengan perpaduan satu
atau lebih warna. Terbentuknya tekstur pada karyanya pun tidak luput menjadi efek garis dalam
lukisannya.
Bidang-bidang geometri pada lukisan pengsong hadir membentuk ruang yang
menunjukkan kesan perspektif ataupun sebagai ruang datar saja. Motif-motif struktural; Penulis
dapat menarik kesimpulan dari motif-motif struktural yang dihadirkan Pengsong terbentuk atas
susunan unsur-unsur yang tersusun secara teratur maupun tidak teratur yang membentuk pola.
Selain motif-motif struktural, Irama hadir dari repetitif garis yang terbentuk dengan
adanya kesan-kesan kemolekan tubuh pada figur wanita atau kemahiran Pengsong
menghadirkan repetitif arah pada karya sehingga terbentuk irama atas kesatuan unsur yang lain.
kesatuan Hadir atas kesatuan kebentukan dan narasi dalam setiap lukisannya.
- OBJEK : Kucing Sebagai Sumber Inspirasi Karya Lukis Surealis
- METODE TEORI : menggunakan metode Teori psikologis atau teori psikoanalis menyatakan bahwa seni lahir sebagai sarana pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar. Karya seni adalah perwujudan terselubung dari keinginan itu. yang berpendapat bahwa ( kehadiran seni dilatar belakangi adanya dorongan bermain-main yang ada pada diri seniman ). Seperti yang ada di lukisan Kucing yang menggunakan aliran surealisme
- ANLISIST : objek utama karya seni lukisan surealis yaitu Kucing Karya akhir ini bertujuan untuk memvisualisasikan kucing melalui karya seni lukis dengan gaya surealisme dua dimensi. Karya ini adalah gambaran interaksi perilaku kucing dengan manusia.dan masyarakat setempat terhadap keberadaan kucing, sehingga dapat diambil nilai moral dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar bertanggungjawab terhadap hewan peliharaan dan menumbuhkan rasa tolong-menolong bukan hanya manusia kepada manusia lain tetapi manusia terhadap lingkungan hidup. Metode yang digunakan melalui beberapa tahapan yaitu: tahapan persiapan, tahapan elaborasi, tahapan sintesis, tahapan realisasi konsep, tahapan penyelesaian. Dalam pembuatan karya akhir ini membuat karya lukis, karya yang dihadirkan merupakan fenomena sosial pada objek kucing.
- KESIMPULAN
Pada artikel " Kucing Sebagai Sumber Inspirasi Karya Lukis Surealis" ini berisi uraian tentang lukisan yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengekspresikan ketertarikan penulis terhadap kucing dengan gaya surealis.
13. ARTIKEL https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/atrat/article/download/574/385
- OBJEK KAJIAN LUKISAN STILL LIFE JELEKONG
- METODE TEORI : teori estetika dengan metode analisis Feldman.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
tinjauan pustaka atau buku, tinjauan lapangan,
dan observasi secara langsung karya rupa yang
akan diteliti. Pada saat pengolahan, data sample
dibagi menjadi 3 bagian Still Life, yaitu: Buahbuahan, Bunga, dan Benda.
- ANLISIST : Dalam pembuatan karya lukisan Jelekong
tediri dari beberapa tahap proses, pertama
pembuatan latar (background) yaitu membuat
langit, gunung, sawah, air, danau (sesuai dengan
kebutuhan objek lukis), kemudian dilanjutkan ke
tanaman yang berada di kejauhan, dilanjutkan ke
tanaman yang berada di dekat (depan), setelah
semua proses selesai dikerjakan, pindah ke tahap
ke dua, yaitu pencahayaan atau pemberian gelap
terang pada karya, pemberian detail, istilah ini
di Jelekong disebut pengaksenan, merupakan
tahap akhir dari rangkaian proses berkarya.
Proses belajar bersifat turun temurun, baik
sesama keluarga maupun belajar pada pelukis
tema tertentu sesuai dengan keahliannya.
Tahapan melukis dapat dilihat pada tabel 1.
Bagi anak didik yang berbakat, mereka
dapat menguasai melukis ini dalam kurun
waktu 5 bulan (1500) jam dan sudah mampu
menyamai gurunya, bahkan bisa melebihi dari
gurunya, sedangkan bagi yang tidak berbakat
- KESIMPULAN
Bila dilihat dari ragam tema still life yang
dibuat di daerah Jelekong, tema lukisan bunga
lebih mendominasi dalam pembuatannya
daripada lukisan dengan tema buah-buahan.
Lukisan yang kurang diminati di daerah ini
adalah lukisan dengan tema alam benda.
Meskipun dalam pemilihan objek lukisan buahbuahan terdapat objek benda, seperti wadah
anyaman untuk buah pada karya ke-2 dan ke-4,
wadah piring pada karya ke-3, serta vas bunga,
seluruh objek ini hanya berperan sebagai objek
tambahan dan bukan sebagai objek utama.
Komposisi pada lukisan still life cenderung
memusat ke bagian tengah. Kecenderungan
ini menyerupai teknik komposisi still life pada
zaman Belanda. Ketika bangsa kolonial menjajah
Indonesia, terjadi pertukaran kebudayaan
antara kedua belah pihak. Salah satunya dengan
kedatangan seniman Belanda ke Indonesia untuk
menetap, berkarya, dan menjual hasil lukisannya.
Lukisan yang mereka hasilkan dikenal dengan
mooi indie (Hindia molek). Ketika menetap,
mereka membawa teknik melukis negaranya
dan mengajarkannya kepada beberapa orang
pribumi. Lukisan yang dihasilkan oleh pelukis
ini menggunakan teknik penggambaran yang
14. Artikel https://download.isi-dps.ac.id/index.php/category/83-tapascasarjana?download=3016:kajian-warna-dan-makna-pada-karya-lukisan-pranoto
- OBJEK KAJIAN WARNA DAN MAKNA PADA KARYA LUKISAN PRANOTO
- METODE TEORI : Dalam kajian warna dan makna
pada karya lukisan Pranoto menggunakan
materi yang ada hubungannya dengan
kajian warna dan makna, kaitannya
dengan bagaimana proses warna kemudian
warna apa saja yang digunakan dan trakhir
makna apa yang terkandung pada karya
lukisan Pranoto. Pada tahapan peratama,
penulis melakukan dengan mencari jurnal
ilmiah seperti studi pustaka. Berikut
adalah sumber yang menjadi bahan
rujuakan didalam penulisan ini :
- ANLISIST : Immanuel Kant (1951:5). yaitu
estetika sebagai kesenangan yang
dirasakan pada saat melihat benda atau
objek. Seni adalah suatu ekspresi yang
ditunjukkan oleh manusia yang
memiliki unsur seni, diungkapkan
dalam sebuah media yang nyata dan
bisa dinikmati oleh seluruh panca
indra manusia Nandawan L. Hasanah
(2013:8). Semiotik dibagi menjadi dua
bagian yaitu penanda dan petanda,
Penanda dilihat sebagai bentuk,
wujud, fisik dapat dikenal melalui
wujud karya, sedangkan petanda
dilihat sebagai makna yang terungkap
melalui konsep, fungsi dan nilai-nilai
yang terkandung di dalam karya
tersebut Ferdinand De Saussure
(1966:26).
- KESIMPULAN
maka
penelitian ini dinyatakan berhasil karena
sesuai denga teori-teori yang digunakan
untuk mengkaji warna dan makna pada
karya lukisan Pranoto. Kesimpulan cahaya
mampu memberikan efek volume pada
sebuah benda atau objek, pencahayaan
sangat berperan utama untuk sebuah karya
lukisan karena penempatan cahaya yang
baik akan menghasilkan perubahan pada
objek tersebut. Perubahan apa yang
dihasilkan, pertama peneliti menemukan
perbedaan antara objek terkena cahaya
secara langsung dari depan sehingga
otomatis akan memunculkan bayangan.
Proses inilah yang dibawa ke dalam tahap
pewarnaan yang tujuannya yaitu
pencahayaan digunakan untuk
mendapatkan perubahan warna, hasil
perubahan warna tersebut menghasilkan
warna kontras yaitu merah dengan hijau,
oranye dengan biru dan kuning dengan
violet. Disinilah seorang pelukis dituntut
untuk peka dalam melihat atau memahami
apa yang terjadi pada fenomena tersebu
15. ARTIKEL https://doi.org/10.33153/bri.v8i1.1797
- OBJEK : Kajian Estetika Karya Suatmadji periode 2004-2013
- METODE TEORI : menggunakan teori Monroe Beardsley sebagai berikut: Ditinjau dari unity-nya karya tersebut memiliki susunan bentuk yang dinamis, di sebelah kanan berupa figur seseorang wanita yang berkerudung dengan raut muka tersenyum, bahu tangan kanan terdapat gambar animasi intredible.Bagian tengah berupa animasi dan lengan kanan yang kekar, sebelah kiri berupa figur anak-anak yang saling bertumpukan.Komposisi karya tersebut menggunakan penataan horisontal dan vertikal pada figur anak anak yang dibuat bertumpukan.
- ANLISIST : Aspek complexity dalam karyatersebut tergolong cukup tinggi dengan variasi bentuk, warna dan goresan serta perpaduan teknik sapuan yang spontan membuat lukisan pada karya di atas menjadi sangat dinamis. Unsur-unsur yang saling berjalinan satu dengan yang lainnya.Goresan, warna, tekstur, serta bentuknya terorganisasi dengan baik.
- KESIMPULAN
Karya ini memunculkan kesanhidup, ekspresi pada figur terasa pasdengan yang diinginkan Suatmadji bisa memvisualkan melalui karyaseni lukis dengan sempurna melalui teknik yang dimilikinya. Suatmadji mampu memberikan kesan harmoni,pada distorsi bentuk, warna-warna-nya memberikan nuansa yang di-namis tidak monoton. Lukisan tersebut Suatmadji ingin mengedepankan nilai kesederhanaan baik dalambentuk, komposisi maupun warna.Visual sosok wanita berkerudungtersebut lebih sebagai representasirasa empatik Suatmadji terhadapkehidupan anak-anak yang menjadiperhatianya selama ini.
16. ARTIKEL https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/sakala/article/view/54913
- OBJEK : Kemandirian Perempuan sebagai Inspirasi Pencitraan Seni Lukis
-METODE TEORI :Menjelaskan tentang kemandirian emosional perempuan menjadi titik fokus di dalam sebuah karya seni lukisan, menggambarkan kekuatan, perjuangan, dan eksistensi perempuan melalui visualisasi surealis. Mendeskripsikan karya seni lukis dengan gaya surealisme dipilih sebagai media untuk menyampaikan gagasan tentang kemandirian emosional perempuan.
- ANLISIST : Menganalisis figur perempuan dan elemen surealis dalam sebuah lukisan yang menggambarkan kemandirian emosional, mempertimbangkan komposisi, warna, dan elemen visual lainnya.Menyoroti bagaimana teknik surealisme digunakan untuk memperkuat pesan tentang kemandirian emosional perempuan dalam konteks seni lukis.
- KESIMPULAN
Pada Artikel ini "Kemandirian Perempuan sebagai Inspirasi Pencitraan Seni Lukis " Menyimpulkan signifikansi dari visualisasi kemandirian emosional perempuan dalam seni lukis, bagaimana hal itu dapat memberikan inspirasi, kesadaran, atau perubahan dalam persepsi kita terhadap perempuan.
-METODE TEORI : Pendekatan yang digunakan mungkin meliputi konsep "Male Gaze" yang mengacu pada pengaruh mewujudkan atau melihat laki-laki yang mempengaruhi konstruksi citraan perempuan dalam seni. Teori feminisme, analisis gender, atau studi tentang representasi perempuan dalam seni juga mungkin digunakan dalam menafsirkan pengaruh pandangan laki-laki dalam lukisan tersebut.
- ANLISIST : Analisis dilakukan melalui tahapan empat:
Deskripsi: Menggambarkan secara detail karya seni, termasuk unsur visual yang terdapat dalam lukisan.
Analisis: Menganalisis bagaimana pandangan laki-laki tercermin dalam konstruksi citraan danitas seksual perempuan dalam lukisan.
Interpretasi: Menginterpretasikan makna atau pesan yang terdapat dalam representasi perempuan dalam konteks pandangan laki-laki yang tercermin dalam karya seni.
Penilaian: Memberikan penilaian atau evaluasi terhadap dampak pengaruh “Male Gaze” terhadap representasi perempuan dalam lukisan.
- KESIMPULAN
Pada artikel "Male Gaze dan Pengaruhnya Terhadap Representasi Perempuan dalam Lukisan “Realis Surealis” Karya Zaenal Arifin"Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa lukisan adalah salah satu media ekspresi bagi seniman untuk menyampaikan ide dan gagasannya. Namun, ketika perempuan dijadikan objek dalam lukisan dengan pandangan yang tercermin dari sudut pandang laki-laki, hal ini menimbulkan perhatian yang menarik dalam konteks pencitraan gender.
18. ARTIKEL https://journal.isi.ac.id/index.php/invensi/article/download/1584/384
- OBJEK : KAJIAN IKONOGRAFI DAN IKONOLOGI
LUKISAN A. ARIFIN MALIN DEMAN II
- METODE TEORI : Ikonografi (iconography) secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
kata aekon yang berarti gambar dan graphe yang berarti tulisan. Ikonografi merupakan
cabang dari kajian sejarah seni yang berkaitan dengan pokok bahasan atau makna dari
karya seni (Panofsky 1955: 26). Pendekatan ini muncul pada abad ke-19. Tokoh-tokoh
tersebut di antaranya Emilie Male, N.P. Kondadov, Hugo Kehrer, dan Erwin Panofsky.
Ikonografi dalam perkembangannya merupakan suatu kajian tentang isi atau muatan
simbolik dan budaya yang meliputi aspek, politis, religius, filosofis, dan sosial yang
terkait dengan karya seni rupa.
- ANLISIST : Tahap deskripsi praikonografi merupakan tahap awal yang mengacu pada aspek tekstual
karya seni. Tahap ini terdiri dari identifikasi makna faktual dan ekspresional untuk
mengetahui motif artistik dari karya yang disebut makna primer. Makna faktual
merupakan cara pengidentifikasian bentuk yang tampak pada objek yang berasal dari
konfigurasi unsur-unsur rupa yang dipresentasikan oleh objek. Sedangkan makna
ekspresional berasal dari empati dalam menafsirkan suasana atau ekspresi dan objek yang
diamati berdasarkan rasa familier terhadap objek dan peristiwa. Makna primer
merupakan bentuk murni atau membaca yang tampak pada objek, meliputi garis, warna,
bentuk, dan teknik serta material yang digunakan dalam merepresentasikan objek-objek
alami seperti manusia, binatang, tanaman, peralatan, dan sebagainya (Panofsky, 1955:
33).
- KESIMPULAN
Kesimpulan terhadap kajian lukisan Malin Deman II karya Arifin berdasarkan kajian
ikonografi dan ikonologi Panofsky adalah pertama, pada tahap deskripsi ikonografi,
makna faktual dalam karya tersebut adalah adegan seorang laki-laki yang mengintip
tujuh orang perempuan yang sedang mandi di sungai. Sedangkan makna ekspresionalnya
adalah kegairahan laki-laki yang bernama Malin mengintip dan hendak mencuri salah
satu selendang dari tujuh perempuan dalam lukisan tersebut.
Motif artistik yang didapat adalah fantasi pelukis terhadap cerita klasik Minangkabau
Malin Deman yang hendak ingin didekonstruksi dengan pola representasi gestur tubuh
perempuan yang dilukiskan dengan komposisi yang artistik dan seimbang. Kedua, tema
dan konsep pada lukisan tersebut mengungkap tema penindasan kaum laki-laki terhadap
kaum perempuan lewat kekuasaan simbolik yaitu selendang sebagai perwakilan dari
kepemilikan perempuan. Demikian, diketahui konsep dari visual karya tersebut yaitu
konflik dan pergeseran peran antara gender yaitu antara posisi laki-laki dan perempuan di
Minangkabau. Ketiga, nilai-nilai simbolik yang diungkapkan dalam karya tersebut adalah
metafor penghayatan seniman terhadap realitas dan empati kondisi sosial masyarakat
termasuk esensi adat yang mulai pudar khususnya fenomena perempuan di Minangkabau
pada era temporer ini.
Melalui kajian ikonografi ikonologi ini didapatkan bahwa seniman dalam
mengekspresikan konsep pemikirannya dalam karya seni khususnya seni rupa memang
tidak terlepas dari konteks zaman yang sedang berlangsung pada masanya. Namun hal
berbeda masih terdapat pada beberapa seniman yang justru menentang arus zaman yang
berlangsung di tengah keberadaan orisinalitas karyanya sehingga menimbulkan suatu
muatan simbolik yang khas dan berbeda secara spesifik. Selain kajian ikonografi dan
ikonologi dapat mengungkapkan kecenderungan makna yang tersebunyi di balik
- OBJEK : Lampu Sebagai Simbol Dalam Seni Lukis Surealisme
- METODE TEORI : Pendekatan yang mungkin digunakan dalam penelitian ini:
Simbolisme dalam Seni: Analisis tentang bagaimana lampu dijadikan simbol untuk mewakili berbagai permasalahan, mungkin dengan mempertimbangkan simbolisme lampu dalam konteks budaya atau sosial di Indonesia. Surealisme dan Penafsiran Visual: Penggunaan prinsip surealisme dalam menggambarkan lampu sebagai simbol, mungkin dengan menerapkan teori interpretasi visual dalam seni lukis.
- ANLISIST :
Analisis akan terfokus pada:
Interpretasi Simbol Lampu: Penafsiran tentang bagaimana lampu direpresentasikan dalam setiap karya seni, bagaimana penggunaan simbol ini menceritakan pesan terkait fenomena permasalahan di Indonesia.
Pesan dan Narasi yang Disampaikan: Analisis tentang pesan atau narasi yang ingin disampaikan oleh seniman melalui representasi simbol lampu dalam setiap karyanya.
- KESIMPULAN
Pada artikel "Lampu Sebagai Simbol Dalam Seni Lukis Surealisme" Kesimpulannya, penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana seniman menggunakan simbol lampu dalam konteks surealis untuk menyampaikan pesan mengenai permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia.
- OBJEK : Eksplorasi Mimik Wajah Dalam Karya Lukisan Surealisme
- METODE TEORI : Penggunaan teori ekspresionisme untuk menggambarkan dan mengeksplorasi berbagai ekspresi emosi manusia melalui seni lukis surealisme.Pendekatan untuk memahami bagaimana seniman menafsirkan dan merepresentasikan ekspresi wajah dalam konteks surealisme.
- ANLISIST : Analisis tentang bagaimana ekspresi emosi, seperti marah, senyum, tangis, takut, dan lainnya, direpresentasikan dalam setiap karya seni. Bagaimana simbolisme sureal digunakan untuk meluaskan atau mengubah makna ekspresi tersebut.Menilai keaslian ekspresi dalam lukisan surealis, yakni bagaimana mereka dapat mempertahankan ciri khas dari ekspresi wajah sambil mengeksplorasi kemungkinan sureal.
- KESIMPULAN
Pada artikel "Eksplorasi Mimik Wajah Dalam Karya Lukisan Surealisme"Penelitian ini akan membantu dalam memahami bagaimana seniman menggunakan surealisme untuk menggambarkan dan mengeksplorasi ekspresi wajah manusia dalam konteks surealisme.
21. ARTIKEL https://e-journal.trisakti.ac.id/index.php/jsrr/article/download/13496/7933
- OBJEK : KAJIAN SEMIOTIKA MAKNA SIMBOLIK LUKISAN KUDA
KARYA AGUS TBR
- METODE TEORI : Lukisan objek kuda karya Agus TBR memiliki bentuk-bentuk unik dan identik yang
akan dikaji dengan pendekatan semiotik Roland Barthes dalam menganalisis lukisan
objek kuda karya Agus TBR berdasarkan unsur rupa dan komposisi, ide berkarya,
asas-asas estetik, atau bahkan makna yang terkandung di dalamnya. Roland Barthes
(1915-1980), mengemukakan teorinya tersebut dengan mengembangkan semiotika
menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi
- ANLISIST : Agus Triyanto Basuki Rahmad (Agus TBR), lahir di Pacitan, 03 Agustus 1979
merupakan salah satu pelukis muda kontemporer Indonesia yang namanya dikenal
di Asia Tenggara saat ini. Beberapa penghargaan sudah diraih oleh Agus TBR selama
masa berkeseniannya antara lain Pratisara Affandi Adhi Karya pada tahun 2003 di
Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan kompetisi Akili Museum Art Award 2008
yang kemudian membawanya untuk studi realisme kontemporer selama satu tahun
di negeri Cina di Central Academy of Fine Art (CAFA) Beijing yang disponsori oleh
Akili Museum of Art. Karya-karya Agus TBR memiliki keunikan pada unsur visual
dan konseptual, dimana visualisasinya merujuk pada gaya modern dengan dasar
gaya realis yang dipadu dengan goresan impresionisme dan paduan warna dasar,
komplementer dan tersier. Dalam periode tiga tahun terakhir ini yaitu dari tahun
2018 sampai dengan 2020 objek dengan sosok kuda selalu hadir dalam karyanya,
baik itu dilukiskan dalam bentuk kuda yang utuh selayaknya kuda seperti pada
umumnya atau perubahan bentuk akan tetapi masih menunjukkan bentuk kuda
pada umumnya, seperti kuda dengan kepala yang terpotong-potong atau tubuhnya
hanya satu tetapi kepalanya lebih dari satu
- KESIMPULAN
Kajian yang dilakukan untuk membaca karakteristik dan perkembangan pada
lukisan Agus TBR. Pembacaan tanda-tanda yang terdapat pada lukisan Agus TBR
menggunakan metode semiotika, yang dalam pembahasannya untuk membedah karya
lukisan Agus TBR menitikberatkan pada pendekatan signifikasi yang digunakan oleh
Roland Barthes. Elemen visual pada lukisan Agus TBR seperti garis, bidang , tekstur,
cahaya, warna, irama, komposisi, pusat perhatian dan kesatuan diolah sedemikian
rupa secara estetik oleh Agus TBR menjadi suatu karya lukis yang dapat memberikan
makna semiotik. Cara pandang Agus TBR tentang lingkungannya mencerminkan
persepsi tentang situasi yang ia amati, terutama dalam mengeksplorasi lingkungan
berinteraksi dengan manusia. Potongan-potongan cerita pada masyarakat perkotaan,
degradasi lingkungan, modernitas, isolasi, perang dan kekejaman terhadap hewan
semuanya dieksplorasi melalui karyanya dengan menerapkan visualisasi sendiri
dengan mengadopsi objeknya. Dalam hal ini Agus TBR memberikan lukisannya dengan
garis dan warna terutama warna terang, biru tua dan merah. Agus TBR terkadang
memiliki ciri unik tersendiri pada lukisannya terutama dalam memvisualisasikan
objek ke dalam karya lukisnya
- OBJEK Memahami Realisme Magis Danarto Dan Marquez
- METODE TEORI : khususnya dalam cerpen dan novel sebagai medium ekspresi. Pendekatan yang mempertimbangkan konteks budaya, tradisi, dan kepercayaan dalam karya sastra untuk memahami menggabungkan aspek magis dengan kenyataan sehari-hari. Pendekatan yang mempertimbangkan konteks budaya, tradisi, dan kepercayaan dalam karya sastra untuk memahami menggabungkan aspek magis dengan kenyataan sehari-hari.
- ANLISIST : Analisis terhadap bagaimana Danarto dan Marquez menggambarkan dan memunculkan aspek-aspek magis dalam karya-karya sastra mereka.Membandingkan dan menganalisis pola retorika yang berbeda antara Danarto dan Marquez dalam menghadirkan realisme magis dalam karya sastra mereka.
- KESIMPULAN
Pada artikel " Memahami Realisme Magis Danarto Dan Marquez" Melalui analisis cerpen Danarto dan novel Marquez, kesimpulan dapat diambil mengenai bagaimana realisme magis tercermin dalam cerita mereka masing-masing, serta bagaimana mereka mengekspresikan aspek-aspek magis tersebut dengan retorika yang berbeda dalam konteks budaya yang beragam.
- OBJEK : Romantisisme dalam karya-karya Raden shaleh
- METODE TEORI : teori mimesis dalam mencari pengembang gaya dan tema yang khas, seperti adegan perburuan, pemandangan yang bersifat simbolis, dan peristiwa-peristiwa dramatis yang digunakan raden shaleh di bawah semangat Romantisisme namun, pengaruh Romantisisme sesungguhnya lebih tampak pada gagasan dan cara pandang Raden Saleh, seperti gagasan mengenai kebesaran alam, eksotisisme, orientalisme, kebebasan individual, dan politik perlawanan yang diungkapkan melalui lukisanlukisannya.
- ANLISIST : analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif lebih kepada pemaparan hasil penelitian berupa penjelasan katakata atau gambar-gambar.
- KESIMPULAN
analisis tentang Romantisisme seni yang menonjolkan individualisme dalam karya karya raden shaleh, sehingga karya seni dengan medium apapun adalah cara pandang seniman yang paling personal terhadap hidup, masyarakat, dan lingkungan. Lebih jauh lagi, Romantisisme juga bukan mengenai cara pandang dari kelompok tertentu, tetapi lebih merupakan keragaman yang tidak terbatas yang dibawa oleh semangat setiap individu.perbandingan jurnal yang saya buat dengan jurnal ini adalah jurnal saya lebih menganalisis makna makna yang terkandung dalam lukisan “dia datang, menunggu dan pergi”. Yang merupakakan aliran humanisme yang menonjolkan rasa keperikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik dan menganggap manusia sebagai objek pembelajaran terpenting.
- OBJEK : Reog & kuda lumping sebagai ide penciptaan karya seni lukis / Idrus Diky
- METODE TEORI : Pemahaman tentang makna dan simbolisme di balik Reog dan kuda lumping dalam konteks tradisi Jawa. Pengetahuan tentang teknik-teknik lukisan, komposisi visual, dan penggunaan warna untuk mengekspresikan tema yang diinginkan.
- ANLISIST : Analisis tentang bagaimana elemen-elemen Reog dan kuda lumping dapat digabungkan secara visual dalam karya lukis. Bagaimana mereka dapat saling melengkapi atau berinteraksi dalam sebuah lukisan. Menganalisis bagaimana karya seni lukis tersebut dapat mengungkapkan kekayaan budaya, keindahan, dan keunikan dari dua elemen budaya tersebut.
- KESIMPULAN
Pada artikel "Reog & kuda lumping sebagai ide penciptaan karya seni lukis / Idrus Diky" Melalui karya seni lukis yang menggabungkan Reog dan kuda lumping, kesimpulan dapat diambil mengenai bagaimana seni dapat menjadi media untuk merayakan dan mempertahankan warisan budaya yang kaya.
- OBJEK : Ekspresi Takut Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis
-METODE TEORI : Pendekatan yang mengeksplorasi seni sebagai cara untuk mengatasi trauma atau pengalaman negatif, di mana seniman menggunakan lukisan sebagai bentuk terapi ekspresif. Konsep surealisme dalam representasi emosi yang dalam karya seni, memungkinkan transfer atau distorsi dari pengalaman nyata untuk mengekspresikan emosi tertentu.
- ANLISIST : Menganalisis bagaimana lukisan yang menggambarkan ekspresi ketakutan melalui teknik visual seperti distorsi, transformasi, atau penyimpangan bentuk yang merefleksikan emosi yang dirasakan.Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh langsung dari pengalaman pribadi, dalam hal ini perundungan dan diskriminasi, terhadap elemen-elemen dalam karya seni.
- KESIMPULAN
Pada artikel "Ekspresi Takut Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis"kesimpulan menarik tentang bagaimana seni lukis menjadi wadah ekspresi emosi dan pengalaman pribadi yang melibatkan perundungan dan ketakutan sebagai tema utama.
- OBJEK: KAJIAN SEMIOTIK LUKISAN KAWAN-KAWAN REVOLUSI
KARYA S. SUDJOJONO
- METODE TEORI : Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De
Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi
menjadi dua bagian yaitu penanda (signifier) dan
pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai
bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya
arsitektur, sedangkan pertanda dilihat sebagai makna
yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilainlai yang terkandung didalam karya arsitektur.
Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara
penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa
disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi
adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen
tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau
konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan
untuk dapat memaknai tanda tersebut
- ANLISIST :Lahirnya berbagai pandangan hidup di antara
pemimpin bangsa ini semakin mempertegas
kesimpangsiuran masa depan bangsa akan mau
dibawa kemana, di mana akan dilabuhkan; sosialisme,
nasionalisme, komunisme, liberalisme, kapitalisme
dan masih banyak lagi. Semakin tegas pergesekan
ideologi yang lahir semakin jelas pula bagaimana
penderitaan rakyat bangsa ini. Penderitaan dari jajahan
fisik yang berdampak pada kejiwaan atau pun mental.
Sehingga dampak lain dari itu, suatu sikap berkesian
pun akan lahir dari upaya mendengarkan, menurut
suatu grup moraliserende-mensen (orang-orang yang
sok bermoral) atau menjadi budak dari partai ini atau
partai itu. Seniman harus merdeka-semerdekanya,
terlepas dari segala ikatan moral maupun tradisi untuk
bisa hidup subur, segar, dan merdeka (Sudjojono:
2012).
- KESIMPULAN
Berangkat dari paparan pada halaman-halaman
sebelumnya, sangat jelas bahwasanya dalam ‘Kawankawan Revolusi’ tersirat kritikan, kecaman,
kekecewaan mendalam dari Sudjojono sendiri atas
segala keganjilan hidup yang dirasakan semasa hidup
atau pun dalam kehidupan yang akan datang. Maknamakna yang lahir secara spontan tidak henti-hentinya
bermunculan dari dalam kanvas. Bayangan-bayangan
kepedihan dan penderitaan dari masa lalu ataupun
masa yang akan datang.
Lahir dan besar di tengah-tengah masyarakat yang
setiap waktu selalu merasa cemas; seperti apa hidup
yang mesti dijalani esok hari? Membuat Sudjojono
sangat peka dalam pelukisan-pelukisan apa-apa yang
tersirat dalam realitas, sehingga hasil dari setiap
goresan pada kanvas dapat pula menjadi saksi
kejamnya peradaban antar manusia di tanah bangsa
(Indonesia) ini. Inilah fokus utama kenapa ‘Kawankawan Revolusi’ hadir. Jiwa nasionalis yang begitu
tinggi pun tergambar dalam ‘Kawan-kawan Revolusi’.
Mungkinkah ‘Kawan-kawan Revolusi’ menandakan
ketakjuban dan suatu bentuk sanjungan Sudjojono
terhadap pahlwan-pahlawan bangsa, mengingat
kenyataan pahit yang telah diterima rakyat kita? Jika
benar adanya, dapat pula kita kritisi; bukankah begitu
banyak deretan nama-nama revolusioner dari kaum
perempuan yang sama-sama memikul beban
perjuangan seperti halnya kaum laki-laki.
27.ARTIKEL http://digilib.isi.ac.id/6173/4/JURNAL%20Ryani%20Palje%20Disi%20Silaban.pdf
- OBJEK : TEMA KEMANUSIAAN
DALAM LUKISAN AFFANDI
- METODE TEORI : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan lukisan bertema
kemanusiaan Affandi yang ditinjau melalui kajian semiotika. Metode yang
dilakukan dalam bahasan penelitian menggunakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Data didapat berdasarkan observasi, teori, buku, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi. Sampel penelitian adalah delapan lukisan Affandi
yang telah diseleksi berdasarkan tema. Penelitian difokuskan pada tema
kemanusiaan dalam lukisan Affandi yang dianalisis melalui kajian semiotika.
Adapun penelitian ini menggunakan kajian semiotik Charles Sanders Peirce yang
dalam analisisnya fokus pada bentuk klasifikasi bedasarkan objek, yakni tanda
ikon, indeks dan simbol.
- ANLISIST : Dalam melukis Affandi selalu mengikuti kodrat hidup, keharuan,
kepedihan, kegembiraan dan lain-lain. Gagasan yang dihadirkan dalam karyanya
merupakan hasil pengalaman langsung. Ia adalah orang yang sederhana, yang
sejak kecil hidup dalam kemiskinan. Oleh sebab itu kemiskinan adalah sesuatu
yang tidak hanya dilihat, melainkan harus dihayati. Maka mengidentifikasi diri
menjadi manusia yang miskin, menderita, dan kotor adalah sesuatu yang berhasil
ia lakukan
- KESIMPULAN
Dari uraian analisis dan pembahasan mengenai kajian semiotika karyalukisan Affandi yang bertema kemanusiaan, dapat diambil kesimpulan bahwa
kajian semiotika dapat dipakai sebagai pisau analisis untuk mengkaji makna
mengenai kemanusiaan yang tampak secara visual maupun yang tidak dalam
lukisan.
Karya-karya Affandi berdasarkan teori Charles Sanders Peirce berupa,
ikon, indeks, dan simbol. Bentuk ikon dalam karya antara lain berupa wujud
visual seperti gambar manusia, seperti yang terlihat dalam lukisan “Mata-Mata
Musuh”, maupun gambar hewan yaitu seperti objek burung pada lukisan
“Burung Kartika Mati”, objek ayam pada lukisan “Empat Ayam Mati dan
Kaki” dan lain sebagainya. Indeks pada masing-masing lukisan berisi tentang
nilai kemanusiaan yang dimiliki seorang Affandi yang kemudian ia tuangkan
ke dalam bentuk dua dimensi. Indeks tersebut masing-masing memiliki
kesamaan antara lain, pengalaman pribadi yang menyentuh sisi kemanusiaan
menjadi latar belakang terciptanya lukisan. Kesamaan tersebut juga berupa ide
lukisan tentang permasalahan kehidupan manusia sehari-hari, hubungan
manusia dengan sesama manusia, manusia kepada hewan, maupun manusia
dengan alam. Demikian pula dengan simbol dapat dilihat pada ikon dan indeks
baik dari segi warna, bentuk, properti dan situasi , simbol tekstual, meskipun
tidak terlihat secara keseluruhan dalam lukisan.
- OBJEK : Kisah Pilu Realisme Sosialis
-METODE TEORI : Menyoroti Realisme Sosialis sebagai satu-satunya gaya seni yang diakui pada tahun 1934, digunakan sebagai alat propaganda oleh pemerintah Komunis yang baru berkuasa.Menggambarkan bagaimana aliran seni lain, terutama seni lukis abstrak kelompok Avant-garde Rusia, ditekan dan dianggap tidak sesuai dengan doktrin Realisme Sosialis.
- ANLISIST : Menjelaskan bagaimana pemerintah menggunakan Realisme Sosialis sebagai kendaraan propaganda untuk mengendalikan narasi seni dan membatasi aliran-aliran seni lain yang dianggap tidak sesuai.
- KESIMPULAN
Pada artikel "Kisah Pilu Realisme Sosialis" Membahas pengaruh politik terhadap perkembangan seni pada masa itu, dengan penekanan pada kepentingan pemerintah untuk mengontrol dan menggunakan seni sebagai alat propaganda.
29.ARTIKEL https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/serupa/article/download/11401/10940
- OBJEK : KAJIAN SENI LUKIS KARYA ABDUL CHAMIM BERJUDUL “LUKISAN
GUNDUL” PADA GALERI GENTONG MIRING, KECAMATAN SLUKE,
KABUPATEN REMBANG
-METODE TEORI : Penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti
mencoba mendeskripsikan kesenimanan Abdul
Chamim, konsep, tema, dan proses penciptaan
seni lukis berjudul “Lukisan Gundul” karya
Abdul Chamim, serta bentuk dan makna seni
lukis berjudul “Lukisan Gundul” karya Abdul
Chamim , mrtode mises dengang tiga tahapan
- ANLISIST : Abdul Chamim adalah seorang pelukis
yang tidak memiliki riwayat garis keturunan
seorang pelukis. Bakat melukisnya sudah ada
sejak beliau kecil yang sering mengikuti
kompetisi menggambar. Ketika waktu luang,
selain dengan media kanvas beliau menggambar
dengan media drawing dan cat air di kertas.
Seperti ketika bulan April kota Rembang
menyambut hari besar Kartini, Abdul Chamim
selalu membuat karya bertajuk Kartini dalam
beberapa versi setiap tahunnya. Ketika musim
Pemilu, beliau berkarya dengan tajuk politik dan
lain sebagainya. Abdul Chamim merupakan salah
satu dari sembilan pelukis pelopor berdirinnya
komunitas seniman bernama “Sanggar Pesisir”
pada tahun 2002. Selain terkenal sebagai seorang
pelukis, Abdul Chamim juga dikenal sebagai
sastrawan dan seniman pertunjukan. Dikenal
sebagai sastrawan karena gemar menciptakan
sebuah puisi beberapa sosial media. Dikenal
sebagai seniman pertunjukan, Abdul Chamim
menjadi seorang pelatih seni pertunjukan teater
yang diikuti oleh beberapa anak SMA di Kota
Rembang. Abdul Chamim memiliki banyak
prestasi atau riwayat berpameran di dalam
maupun luar kota Rembang
- KESIMPULAN
Abdul Chamim adalah seorang pelukis
sekaligus pemilik galeri Gentong Miring di Kota
Rembang. Abdul Chamim adalah salah satu
pelopor komunitas seniman bernama Sanggar
Pesisir. Abdul Chamim memiliki banyak prestasi
atau riwayat pameran di dalam dan luar kota.
Beberapa karyanya dikoleksi oleh para kolektor.
Selain sebagai pelukis, Abdul Chamim dikenal
sebagai sastrawan dan seniman pertunjukan.
Konsep penciptaan Lukisan Gundul karya
Abdul Chamim adalah representasi diri terhadap
fenomena sosial yang terjadi di sekitar
lingkungan. Tema yang diangkat adalah Sosial
dan Religi. Sosial adalah hubungan kemanusiaan
dan Religi adalah hubungan kebenaran manusia
menuju Tuhannya. Proses penciptaan Lukisan
Gundul karya Abdul Chamim meliputi beberapa
tahapan, yaitu tahap inspirasi, studi pustaka,
diskusi, tahap perenungan, tahap pematangan
gagasan, dan tahap visualisasi atau tahap melukis.
- OBJEK : Intropeksi Diri Dalam Karya Lukis Surealisme
- METODE TEORI : Penulisan artikel ini memiliki teori Mimesis versi Aristoteles, yang dimana seniman merepresentasikan hasil pemikiran sesuai imajinatifnya untuk menciptakan kembali kenyataan dalam bentuk yang baru. Seperti satu lukisan yang ada pada artikel tersebut yaitu memvisualisasikan objek manusia yang memakai baju berwarna hijau, dengan capit kepiting berwarna merah. Tangan sebelah kanan dan menggunakan jubah berwarna merah , kulit yang kecoklatan serta memiliki wajah tumbuh dengan leher menjulang panjang dari dada sebelah kanan tempat hati berada. Terlihat juga tumbuhan bunga dengan warna putih kemerahan
- ANLISIST : Penulis berupaya mewujudkan suatu karya seni yang tidak terlepas dari bagaiman menciptakan objek utama karya seni lukisan surealis. Introspeksi diri dalam kehidupan bermasyarakat, adalah ketika seseorang yang selalu bermuhasabah akan selalu melakukan perbaikan terhadap akhlak agar mampu hidup sebagai manusia yang sebaik-baiknya serta dicintai oleh Allah SWT. Seseorang akan mampu hidup dengan damai serta tentram. Begitu halnya, dengan mengintrospeksi diri, dapat mencegah sesuatu hal buruk terjadi dalam diri seseorang. Proses introspeksi diri yang baik akan berpengaruh kepada gaya komunikasi, sikap terhadap lingkungan sosial, kerja kepemimpinan, pola pikir, emosi, dan lain sebagainya (Lauster, 1992), Kehidupan yang penulis rasakan.
- KESIMPULAN
Intropeksi Diri Dalam Karya Lukis Surealisme Penulis melakukan penelitian terhadap apa itu intropeksi diri dalam seni Tujuan Peneliti dalam penelitian ini yaitu Untuk mewujudkan karya penulis melalui beberapa tahapan yaitu: tahapan persiapan, melakukan pengamatan. Kedua tahapan elaborasi, menganalisis permasalahan-permasalahan yang ada pada diri sendiri. Penulis melakuakan pendalaman mengenai introspeksi diri terhadap pengalman pribadi. Ketiga, tahapan sintesis, menetapkan karya-karya lukisan tentang introspeksi diri. Tahap keempat realisasi konsep, tahap pertama persiapan sketsa, alat, bahan dan media, proses editing awal, proses editing akhir, dan terakhir proses finishing karyaTahapan kelima, diadakannya Setelah pameran selesai, materi akan tersedia dalam bentuk katalog pameran dan laporan karya akhir.
Sumber Artikel : https://scholar.google.com/
GOOGLE,PDF,JURNAL
Komentar
Posting Komentar